Thursday, February 14, 2013

Bung Karno Buka Rahasia Cara Membunuh Dirinya

Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, pasti –setidaknya– pernah mendengar legenda, atau dongeng leluhur. Dalam legenda-legenda atau dongeng-dongeng masa lalu, acap terselip tentang kedigdayaan seorang ksatria, seorang raja, atau seorang tokoh. Dalam banyak versi pula, masing-masing tokoh yang memiliki kesaktian tadi, sejatinya memiliki rahasia kelemahan. Masyarakat Jawa menyebut wadi.
Bahkan dalam cerita yang tentu saja fiktif, di tokoh cerita pewayangan misalnya, seorang ksatria sakti tidak bisa mati kalau tidak diserang pada titik rahasia kelemahannya, wadi-nya. Kalaupun dia mati dalam sebuah pertempuran, tetapi bukan karena diserang di bagian yang mematikan, maka dia akan hidup kembali. Kisah lain, yang acap dilakonkan dalam seni ketoprak Jawa, seorang raja kejam yang sakti, memiliki kelemahan kalau menyeberangi sungai. Maka lawannya akan memancing dia untuk menyeberangi sungai, baru bisa membunuhnya.
Banyak kisah-kisah lain yang bahkan masih hidup sampai sekarang. Pahlawan-pahlawan ternama diyakini sebagian masyarakat sebagai memiliki kesaktian. Dia tidak akan mati kalau tidak diserang di wadi, atau di rahasia kelemahannya. Nama-nama besar seperti Gajah Mada, para Wali, Siliwangi, Pangeran Diponegoro, Pattimura, Bung Karno hingga Jenderal Sudirman pun dianggap memiliki kesaktian. Bukan hanya itu, hingga saat ini pun, di sejumlah daerah, masyarakat setempat memiliki legenda-legenda tentang sosok sakti di daerahnya.
Kesaktian datang karena “laku” atau “tapa brata” atau “semedi”. Kesaktian juga bisa karena “pegangan” atau senjata yang umumnya berupa keris, tombak, dan lain sebagainya. Menurut legenda juga, kesaktian bisa didapat dari hasil tekun berguru.
Nah, benarkah Bung Karno juga merupakan manusia “sakti”? Dengan sejarah sedikitnya tujuh kali luput, lolos, dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, menjadi hal yang jamak kalau kemudian sebagian rakyat Indonesia menganggap Bung Karno adalah manusia dengan tingkat kesaktian tinggi.
Dalam sebuah perjalanan di Makassar, Bung Karno diserbu gerombolan separatis. Di perguruan Cikini, dia dilempar granat. Di Cisalak dia dicegat dan ditembaki. Di Istana, dia diserang menggunakan pesawat tempur juga oleh durjana separatis. Bahkan ketika dia tengah sholat Idul Adha, seseorang yang ditengarai dari anasir DI/TII menumpahkan serentetan tembakan dari jarak enam saf (barisan sholat) saja.
Dari kesemuanya, Bung Karno tetap selamat, tetap sehat, dan tidak gentar. Dia terus saja menjalankan tugas kepresidenan dengan segala konsekuensinya. Dalam salah satu pernyataannya di biografi yang ditulis Cindy Adams, berkomentar tentang usaha-usaha pembunuhan yang dilakukan terhadapnya, Bung Karno sendiri tidak mengaku memiliki kesaktian tertentu. Ia menukas normatif, yang kurang lebih, “Mati-hidup adalah kehendak Tuhan. Manusia mencoba membunuh, kalau Tuhan belum berkehendak saya mati, maka saya belum akan mati.”
Dengan kepemimpinannya yang tegas, berani “menentang” mengutuk politik Amerika Serikat, dengan keberaniannya keluar dari PBB dan membentuk Conefo, dengan penggalangan jaringan yang begitu kokoh dengan negara-negara besar di Asia maupun Afrika, Bung Karno tentu saja sangat ditakuti Amerika Serikat sebagai motor bangkitnya bangsa-bangsa di dunia untuk menumpas praktik-praktik imperialisme.
Seperti pernah diutarakan seorang pengamat, karena membunuh Sukarno dari luar terbukti telah gagal, maka gerakan intelijen menusuk dari dalam pun disusun, hingga lahirnya peristiwa Gestok yang benar-benar berujung pada jatuhnya Bung Karno sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara Republik Indonesia. Tidak berhenti sampai di sini, upaya membunuh secara fisik pun dilakukan dari dalam.
Celakanya, Bung Karno, entah sadar atau tidak, dalam penuturan kepada Cindy Adams pernah membuat pernyataan, “Untuk membunuh saya adalah mudah, jauhkan saja saya dari rakyat, saya akan mati perlahan-lahan.”
Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto dan atas dukungan Amerika Serikat (dan kroninya), melakukan upaya pembunuhan (bisa dibilang langsung, bisa pula tidak langsung) terhadap Bung Karno dengan cara yang telah disebutkan oleh Bung Karno sendiri. Hingga Mei 1967, Bung Karno seperti tahanan rumah. Meski masih berstatus Presiden, tetapi ia terpenjara di Istana. Tidak beluar tanpa kawalan antek-antek Soeharto.
Situasi politik berbalik menempatkan Bung Karno pada stigma yang terburuk. Gerakan demonstasi mahasiswa yang didukung militer, pemberitaan media massa yang dikontrol Soeharto, membuat Bung Karno makin terpuruk. Usai ia dilengserkan oleh Sidang Istimewa MPRS, kemudian diasingkan di Bogor, kemudian disekap di Wisma Yaso, Jl Gatot Subroto. Ia benar-benar menjadi pesakitan. Yang paling menyakitkan adalah karena dia benar-benar dijauhkan dari rakyat. Rakyat yang menjadi “nyawa”-nya selama ini.
Dengan cara itu pula, persis seperti yang ia utarakan dalam bukunya, Bung Karno wafat. (roso daras)

Friday, February 8, 2013

Sisi Lain Sang Revolusioner





Tulisan ini bukan pembahasan untuk menyudutkan salah satu tokoh terbesar di negeri ini. Tulisan ini juga bukan tulisan baru. Tulisan ini hanya mencoba untuk mencari sisi lain yang pernah dialami oleh seseorang yang begitu dikagumi oleh jutaan orang. Keadaan tersebut terpaksa atau memang dipaksa atau juga…..entahlah. Mungkin ada gunanya ini dibagi.
Presiden Soekarno memiliki banyak hal yang sekiranya tak habis untuk diperbincangkan oleh orang-orang. Dari mulai kelahiran, daya perlawanan, kharisma, pidato, perempuan, keyakinan dan keagamaan juga keberanian dan berbagai hal lainnya. Sejarah presiden pertama ini begitu berliku, mungkin juga heroik dan berdarah-darah. Penjara, pembuangan, demonstrasi pernah ia alami.
Buku ditulis dan foto turut serta dalam lembar-lembar pengisahan sang Penjamboeng Lidah Ra’jat ini. Dari sekian buku dan sekian foto, ada beberapa foto yang mungkin jarang dilihat oleh para pembaca sejarah atau mungkin para pengagum salah satu founding father Negara Indonesia satu ini. Berikut saya mendapat beberapa foto dan beberapa teks yang mengejutkan saya.
soekarno
dari majalah tempo
antri..,pria berkacamata adalah beliau

 Untuk tulisan mengenai keterkaitan Soekarno dan Romusha dapat dilihat di sini. Atau di sini. Di sini juga ada

saur sepuh

Baca cerita lawas saur sepuh, cerita ini pernah jadi sandiwara radio, pernah juga di TV kan di TPI jaman dulu,
Masih inget drama seri saur sepuh? Ketika brama kumbara kalah tanding dengan biksu kampala dari tibet, dia menemui gurunya, Brama lantas curhat, dan sang guru, kakek astagina memberi wejangan "kalau ingin menang, kuasailah ajian lampah-lumpuh"

Dalam persilatan saur sepuh, puncak kehebatan seorang satria, diukur dengan penguasaan atas ajian serat jiwa, dan itu hanya dimiliki brama kumbara, Raja madangkara yang masyhur sakti mandraguna. Dia telah menguasai ajian serat jiwa pada level 10. Sudah advance.
Namun, biar sehebat itupun, brama masih kalah dengan biksu kampala. Seorang pengembara dari tibet yang bahkan jauh dari tenar akan kesaktian, Tentu saja, tumbangnya brama bikin geger.
Bagaimana tidak, seorang yang diakui sebagai jagoan ranah persilatan, ambruk oleh seorang biksu,

Tingkatan ajian dalam saur sepuh, itu sudah diatur. Ada, serat jiwa, tapak sakti, bayu bajra. Kategorisasinya diatur berdasar efek kerusakan, semua ajian di cerita saur sepuh itu dicapai dengan langkah-langkah lelaku yang menyita waktu panjang dipadepokan, dengan syarat yang rimbun , Tapi, ternyata tingkatan ajian tdk mentok disana. Ada sebuah ilmu yg disembunyikan oleh para guru dipucuk gunung, yg sumbernya dari astagina, Dan ajian pamungkas itu bernama lampah lumpuh.

Lampah artinya "berjalan" lumpuh artinya "beku, tidak bergerak". Membekukan pergerakan , Kakek astagina tidak memberi syarat yang ribet kepada brama untuk mendapatkan ilmu itu. Dia cukup menyuruh satria itu untuk berpuasa 40 hari, tanpa makan, minum, dan dilarang memikirkan apapun selama proses instalasi ajian lampah-lumpuh itu. Tidak ada tutorial maca2 selain menyepi, Akhirnya, brama kumbara segera melaksanakan titah gurunya.
Dia langsung menuju vila kenegaraan bernama pesanggerahan keramat untuk bersemedi,
Setelah melewati masa 40 hari, pesanggerahan keramat geger. Lokasi peristirahatan raja yang dijaga sekian prajurit terpilih itu gaduh...,
Mendapati tubuh brama yang tersungkur persis orang mati, kurus, kumal, gondrong dan mengenaskan. Rupanya lelaku brama memang berat...,
Begitu prajurit sibuk hendak menyiapkan ambulan yang bentuknya semacam awan kinton, karena burung rajawali raksasa sedang cuti, muncul suara, Suara itu melarang semua orang disana, untuk menyentuh tubuh brama "biarkan, dia telah kembali ke bayinya, biarkan dia tegak sendiri",
Rupanya, itu suara kakek astagina, guru brama, yang diam-diam memantau situasi lewat satelit pribadinya. Dia memonitor lelaku brama dg cctv, mungkin bilang ke brama kalau gak kuat lambaikan tangan ke kamera kayak acara bukan dunia lain "̮ƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗ"̮ɐƗƗɐƗƗɐ"hehe ,

Dikemudian hari dibukalah rahasia, bahwa keampuhan aji lampah lumpuh justru ketika penggunanya menghilangkan segala keinginan dalam dirinya, Bahwa ketika seseorang sampai kepada tingkat "tidak ingin apa-apa, tidak punya apa-apa, dia tidak bisa diapa-apakan".
Maka aji lampah lumpuh itu, muatan intinya adalah "menang tanpo ngasorake". Brama tinggal hening cipta, amatik aji, dan musuh akan lumpuh.
Pengobatan dari efek ilmu pamungkas itu pun tidak harus di terapi macam-macam. Cukup berjanji akan menjadi orang baik, dengan sesungguhnya.

Dalam ranah persilatan saur sepuh, tak ada ilmu yang melebihi ajian lampah-lumpuh. Tak ada metodologi atas kesadaran akan kekosongan, Dan karena itulah judul episode yang menceritakan ini adalah, diatas langit masih ada langit. Puncak pencapaian sekaligus bentangan martabat.

itu cuma cerita fiksi,(sandiwara radio/novel/drama seri tpi lho ya), gak ilmiyah. Tidak bisa diverifikasi kebenarannya, ndak sesuai untuk orang modern. Ndak logis. Uhuk...
Sandiwara karya niki kosasih, yang barangkali terinspirasi dari kerajaan medang kamulan, di jawa tengah. Tempat bertahtanya batara guru, Ingat, Medang Kamulan. Kamulan artinya permulaan. Jangan kepleset menjadi "Medang Kemulan". Susah nanti medangnya :D. Kerajaan itu dipercaya sebagai tempat bermuaranya legenda aji saka, dengan bekas eksistensi bernama bledug kuwu di grobogan. Konon...